Mengapa kitab Shahih al-Bukhari disebut sebagai kitab hadis paling sahih setelah Al-Qur’an?



Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī disebut sebagai kitab hadis paling sahih setelah Al-Qur’an bukan karena klaim ulama belaka, tetapi karena metode seleksi hadis yang sangat ketat yang tampak dari tema-tema pembahasannya dan disiplin keilmuan yang tercermin dalam kitab itu sendiri.

Walaupun dalam naskah Ṣaḥīḥ al-Bukhārī yang kita miliki tidak terdapat mukadimah panjang seperti beberapa kitab lain, isi kitab menunjukkan beberapa hal yang menjelaskan mengapa ia dinilai paling sahih. Di dalam kitab tampak perhatian Imam al-Bukhārī terhadap:


1. Peringatan keras terhadap pemalsuan hadis

Al-Bukhārī membuat bab khusus:

"باب: إثم من كذب على النبي صلى الله عليه وسلم"

Ini menunjukkan bahwa beliau memulai penyajian hadis dengan fondasi kehati-hatian yang ekstrem terhadap periwayatan. Bab ini menjadi dasar metodologi beliau: tidak menerima hadis kecuali dari perawi yang mustahil memalsukan atau keliru.


2. Penekanan pada transmisi ilmu yang benar

Terdapat bab:

"باب: ليبلغ العلم الشاهد الغائب"

Ini menunjukkan perhatian besar Bukhari terhadap ketelitian dalam penyampaian ilmu, yaitu bahwa orang yang mendengar hadis harus menyampaikannya sebagaimana yang ia dengar — prinsip penting dalam memverifikasi sanad.


3. Dorongan menjaga ilmu dengan ketelitian

Di antaranya:

"باب: حفظ العلم"

Ini adalah prinsip metodologis beliau: tidak menerima hadis kecuali dari perawi yang benar-benar dikenal kuat hafalan dan ketelitiannya.


4. Seleksi ketat terhadap sanad

Meskipun tidak dijelaskan secara teori dalam kitab, para ulama melalui penelitian mereka mengetahui metode Imam al-Bukhārī, antara lain:

  • Perawi harus tsiqah, kuat hafalan, dan dikenal tidak pernah melakukan tadlis merugikan.

  • Harus dibuktikan adanya liqa’ (pertemuan) antara guru dan murid.

  • Hadis tidak boleh memiliki ‘illah (cacat tersembunyi) maupun syudzudz (penyimpangan dari riwayat yang lebih kuat).

Jejak kehati-hatian ini tampak dalam bab-bab seperti:

"باب: من سمع شيئاً فراجع حتى يعرفه"
— Bab tentang memastikan kebenaran sebelum menyampaikan hadis


5. Perhatian khusus terhadap adab dan metode menerima ilmu

Misalnya:

"باب: من أعاد الحديث ثلاثاً ليفهم عنه"

Ini menunjukkan bahwa Bukhari memilih hadis-hadis yang tidak hanya sahih sanadnya, tetapi juga menunjukkan bahwa Nabi ﷺ mendidik sahabat untuk menyampaikan ilmu secara benar dan tidak keliru.


Kesimpulan

Shahih al-Bukhari dianggap paling sahih setelah Al-Qur’an karena:

  1. Seleksi sanad paling ketat di antara semua kitab hadis.

  2. Perhatian besar terhadap kejujuran periwayat, sebagaimana terlihat pada bab-bab tentang larangan berdusta atas nama Nabi.

  3. Penyaringan perawi berdasarkan hafalan dan integritas tertinggi.

  4. Penolakan terhadap hadis yang mengandung cacat meski halus.

  5. Penggunaan struktur bab yang menunjukkan kedalaman metodologis, terlihat dari tema-tema terkait menjaga ilmu, memastikan kebenaran, dan amanah ilmiah.

Dengan demikian, reputasi Ṣaḥīḥ al-Bukhārī bukanlah klaim kosong, tetapi lahir dari metode ilmiah yang ketat dan dapat dilacak dalam isi kitab itu sendiri.

Posting Komentar untuk "Mengapa kitab Shahih al-Bukhari disebut sebagai kitab hadis paling sahih setelah Al-Qur’an?"