Usamah dan Jihad Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Menumpas Gerakan Murtad




Setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ pada tahun 11 H (632 M), umat Islam menghadapi masa krisis yang berat. Banyak kabilah Arab yang sebelumnya menyatakan keislaman mulai murtad, menolak membayar zakat, bahkan mengangkat nabi palsu. Fenomena ini dikenal sebagai Riddah (kemurtadan massal).

Dalam situasi genting ini, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq tampil sebagai sosok pemimpin tegas yang berani mempertahankan keutuhan Islam dan umatnya. Salah satu langkah strategisnya adalah tetap mengirim pasukan Usamah bin Zaid, meskipun banyak sahabat mengusulkan agar ekspedisi itu ditunda karena kondisi Madinah yang rentan.

Pasukan Usamah: Simbol Konsistensi terhadap Perintah Nabi

Sebelum wafat, Rasulullah ﷺ telah mempersiapkan pasukan besar di bawah pimpinan Usamah bin Zaid untuk menghadapi ancaman Romawi di wilayah Syam. Usamah saat itu masih sangat muda, sekitar 18 atau 20 tahun. Ketika Nabi wafat, pasukan belum sempat berangkat.

Banyak sahabat merasa pasukan tersebut lebih baik ditahan demi menjaga Madinah. Namun Abu Bakar bersikukuh:

"Demi Allah, aku tidak akan membatalkan pasukan yang telah dipersiapkan oleh Rasulullah ﷺ meskipun binatang buas akan menyerbu kota Madinah."

Abu Bakar mengukuhkan komando Usamah, menunjukkan keteguhannya dalam menjalankan wasiat Rasulullah. Pasukan ini akhirnya bergerak dan sukses dalam tugasnya, sekaligus menjadi sinyal kuat kepada suku-suku Arab bahwa Madinah masih berdiri kuat.

Perang Riddah: Abu Bakar Melawan Kemurtadan

Setelah pasukan Usamah kembali, Abu Bakar memobilisasi kekuatan untuk memerangi gerakan murtad. Tantangan datang dari berbagai arah:

  • Nabi palsu seperti Musailamah al-Kazzab (Yamamah), Tulaihah al-Asadi (Najd), dan Sajah binti al-Harith.

  • Kabilah yang menolak membayar zakat, seperti Bani Tamim.

  • Suku-suku yang menganggap Islam selesai setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ.

Abu Bakar menyatakan bahwa zakat adalah bagian dari agama dan wajib ditaati seperti shalat. Pernyataannya yang terkenal:

"Demi Allah, andai mereka menolak seutas tali yang dulu mereka bayarkan kepada Rasulullah, niscaya aku akan memerangi mereka karena penolakannya itu!"

Dengan kekuatan militer yang dipimpin oleh sahabat-sahabat seperti Khalid bin Walid, Ikrimah bin Abi Jahl, dan lainnya, Abu Bakar melancarkan kampanye militer ke berbagai wilayah. Salah satu perang terbesar adalah Perang Yamamah, di mana Musailamah terbunuh dan gerakan nabi palsu berhasil dihentikan.

Penegakan Keteguhan Aqidah

Tindakan Abu Bakar bukan semata-mata soal kekuasaan politik, melainkan mempertahankan inti agama: tauhid dan ketaatan kepada syariat. Dengan ketegasan ini, Abu Bakar menyelamatkan Islam dari perpecahan besar dan menjadikannya fondasi kokoh bagi ekspansi Islam di masa kekhalifahan berikutnya.

Peran Usamah dan Abu Bakar dalam menghadapi gerakan murtad menunjukkan pentingnya kepemimpinan yang teguh, loyal terhadap prinsip, dan tidak mudah goyah meski dalam tekanan besar. Keputusan Abu Bakar untuk tetap mengirim Usamah adalah simbol komitmen terhadap perintah Nabi ﷺ, dan perang melawan kaum murtad menjadi contoh nyata bahwa Islam bukan hanya sistem spiritual, tetapi juga sistem sosial-politik yang harus dijaga.


Referensi:

  1. Ibn Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah, Jilid 6.

  2. Ath-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk.

  3. Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Kitab al-Jihad.

  4. Sayyid Quthb, Fi Zhilal al-Qur’an, tafsir surah At-Taubah.

  5. Khalid Muhammad Khalid, Khulafa' ar-Rasyidun.

Posting Komentar untuk "Usamah dan Jihad Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Menumpas Gerakan Murtad"