Abu Bakar Ash-Shiddiq: Sahabat Sejati dan Pembela Rasulullah


    Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah nama yang tidak bisa dipisahkan dari perjuangan dakwah Nabi Muhammad ﷺ. Ia adalah sahabat paling dekat, paling setia, dan paling awal menerima kebenaran Islam. Salah satu aspek yang paling menonjol dari kehidupannya adalah pembelaannya yang luar biasa terhadap Rasulullah, baik secara fisik, emosional, spiritual, maupun material. Sepanjang hidupnya, Abu Bakar berdiri di samping Nabi ﷺ sebagai perisai dan pendukung dalam suka maupun duka.


1. Membela Rasulullah di Masa Awal Dakwah

Ketika Rasulullah ﷺ mulai berdakwah secara terbuka di Mekkah, kaum Quraisy menanggapi dengan kekerasan dan penindasan. Banyak sahabat yang disiksa dan diintimidasi, termasuk Nabi sendiri. Dalam situasi yang penuh ancaman ini, Abu Bakar muncul sebagai salah satu pelindung dan pembela paling gigih.

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dalam Sirah Nabawiyah, suatu hari Rasulullah sedang berdakwah di dekat Ka'bah, lalu dianiaya oleh orang-orang Quraisy. Abu Bakar segera datang dan berteriak:

"Apakah kalian akan membunuh seseorang hanya karena dia berkata Tuhanku adalah Allah?"

Kemudian dia menghadapi mereka seorang diri, hingga wajahnya sendiri dipukul hingga lebam dan nyaris tidak dikenali (Ibnu Hisham, Sirah Nabawiyah).





2. Pembelaan dalam Peristiwa Isra’ Mi’raj

Ketika Nabi Muhammad ﷺ menceritakan peristiwa Isra’ dan Mi’raj kepada masyarakat, banyak orang, termasuk sebagian Muslim, meragukannya. Perjalanan malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha lalu naik ke langit dianggap mustahil secara logika.

Namun Abu Bakar berkata:

"Jika Muhammad yang mengatakannya, maka aku membenarkannya."

Sikap ini menunjukkan loyalitas dan kepercayaan mutlak Abu Bakar kepada Rasulullah ﷺ, bahkan ketika hal tersebut dianggap tidak masuk akal oleh masyarakat.

Karena itulah Nabi ﷺ memberinya gelar Ash-Shiddiq, yaitu “orang yang sangat membenarkan” (HR. Bukhari).


3. Teman Hijrah dan Pelindung Dalam Pelarian

Dalam peristiwa hijrah ke Madinah, Rasulullah ﷺ tidak memilih sahabat sembarangan untuk menemani beliau. Pilihannya jatuh kepada Abu Bakar, yang menunjukkan kepercayaan luar biasa Nabi terhadapnya.

Dalam perjalanan yang penuh bahaya ini, Abu Bakar melakukan berbagai tindakan untuk melindungi Rasulullah:

  • Ia berjalan di depan, di belakang, dan di samping Nabi untuk memastikan tidak ada serangan dari arah mana pun.

  • Ketika bersembunyi di Gua Tsur, Abu Bakar menutup lubang-lubang gua dengan kain dan bahkan kakinya sendiri agar binatang tidak masuk dan menyakiti Nabi.

  • Ketika ia digigit binatang, ia menahan rasa sakitnya tanpa bersuara agar tidak membangunkan Rasulullah yang sedang tidur di pangkuannya.


4. Membela Nabi Secara Harta dan Jiwa

Abu Bakar adalah sahabat yang mengorbankan hartanya secara total untuk dakwah Islam dan Rasulullah. Ia memerdekakan budak-budak Muslim yang disiksa, seperti Bilal bin Rabah, dengan uang pribadinya. Ia juga menyerahkan seluruh hartanya dalam berbagai peperangan, termasuk dalam Perang Tabuk.

Ketika Rasulullah bertanya apa yang ia tinggalkan untuk keluarganya, Abu Bakar menjawab:

“Aku tinggalkan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka.”
(HR. Abu Dawud)

Ini adalah bentuk pembelaan total — ia tidak hanya membela dengan kata dan perbuatan, tetapi juga dengan harta dan jiwanya.


5. Memperkuat Umat Setelah Wafatnya Rasulullah

Wafatnya Rasulullah ﷺ merupakan ujian besar bagi umat Islam. Banyak sahabat kehilangan semangat dan merasa hancur. Umar bin Khattab bahkan tidak percaya bahwa Nabi telah wafat. Di tengah suasana kacau ini, Abu Bakar maju dan berkata:

“Siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah wafat. Dan siapa yang menyembah Allah, maka Allah hidup dan tidak akan mati.”

Ucapan ini menyadarkan umat bahwa dakwah Rasulullah harus terus berjalan, dan inilah bentuk pembelaan spiritual terbesar: menjaga warisan dakwah Nabi pasca wafatnya beliau.

    Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah teladan sahabat sejati. Ia membela Rasulullah ﷺ dalam setiap fase kehidupan — dari fase dakwah yang tertekan, perjalanan hijrah yang berbahaya, hingga pasca wafatnya Nabi. Pembelaannya bukan hanya bersifat fisik, tapi juga emosional, finansial, dan spiritual. Karena ketulusan dan kesetiaannya inilah, Abu Bakar mendapatkan tempat istimewa di sisi Nabi dan di sisi Allah.


Daftar Sumber:

  1. HR. Bukhari, Kitab Fadhail Ash-Shahabah.

  2. Ibnu Ishaq, Sirah Nabawiyah.

  3. Ibnu Hisham, As-Sirah an-Nabawiyah.

  4. Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah, Jilid 3–4.

  5. Imam an-Nawawi, Riyadhus Shalihin.

  6. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi, Abu Bakar Ash-Shiddiq: Kehidupan dan Jasa Besarnya dalam Islam.

Posting Komentar untuk "Abu Bakar Ash-Shiddiq: Sahabat Sejati dan Pembela Rasulullah"