Ir. Soekarno atau yang lebih akrab disebut Bung Karno adalah tokoh sentral dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia dikenal sebagai proklamator, Presiden pertama Republik Indonesia, pemimpin besar revolusi, dan seorang orator ulung. Di antara banyak gelarnya, yang paling melekat di hati rakyat adalah "penyambung lidah rakyat Indonesia". Julukan ini bukan sekadar simbolis, tetapi mencerminkan kiprah, semangat, dan perjuangan Bung Karno dalam menyuarakan aspirasi rakyat kecil hingga ke forum-forum internasional.
________________________________________
Makna “Penyambung Lidah Rakyat”
Istilah ini mulai dikenal luas setelah Bung Karno menerbitkan otobiografinya yang ditulis oleh Cindy Adams, berjudul “Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” (terbit pertama kali pada 1965). Dalam buku itu, Soekarno menjelaskan bahwa dirinya tidak pernah merasa menjadi pemimpin yang jauh dari rakyat. Sebaliknya, ia merasa sebagai wakil yang menyampaikan suara dan penderitaan mereka kepada dunia.
Bagi Soekarno, pemimpin sejati bukanlah yang berdiri di atas rakyat, melainkan yang berjalan bersama mereka. Oleh karena itu, ia menolak dipuja secara berlebihan dan lebih memilih dikenal sebagai penyambung lidah rakyat.
________________________________________
Kiprah Soekarno Menyuarakan Aspirasi Rakyat
Berikut adalah beberapa bukti nyata bagaimana Bung Karno menjalankan perannya sebagai penyambung lidah rakyat:
1. Perjuangan Melawan Penjajahan Lewat Pidato dan Tulisan
Sejak masa muda, Bung Karno telah aktif menulis dan berpidato. Ia menggunakan media massa seperti surat kabar Suluh Indonesia Muda dan Fikiran Ra'jat untuk membangkitkan kesadaran nasional. Dalam tulisan dan orasinya, ia menyuarakan ketidakadilan kolonial, penindasan ekonomi, dan pentingnya kemerdekaan bagi rakyat.
2. Merumuskan Pancasila sebagai Dasar Negara
Pada 1 Juni 1945, Bung Karno memperkenalkan Pancasila dalam sidang BPUPKI. Nilai-nilai Pancasila adalah cerminan dari kehendak dan cita-cita rakyat Indonesia yang menginginkan keadilan sosial, persatuan, dan ketuhanan. Ia tidak merancang dasar negara dari pemikiran elitis, tapi dari denyut nadi rakyat Indonesia sendiri.
3. Pidato-Pidato Revolusioner
Pidato-pidato Bung Karno seperti “To Build the World a New”, “Ganyang Malaysia”, dan pidato Proklamasi 17 Agustus adalah ekspresi nyata dari keberpihakannya kepada rakyat dan kaum tertindas. Dalam forum internasional seperti Konferensi Asia Afrika (1955), ia dengan berani menyuarakan kepentingan negara-negara dunia ketiga yang belum merdeka dari penjajahan.
4. Pembangunan Berbasis Kemandirian
Bung Karno menggagas konsep Trisakti: berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Ia menginginkan rakyat Indonesia bangkit dengan kakinya sendiri, tidak bergantung pada kekuatan asing.
________________________________________
Gaya Kepemimpinan yang Merakyat
Soekarno dikenal sangat dekat dengan rakyat. Ia sering menggunakan bahasa sederhana dalam pidato agar mudah dipahami oleh rakyat biasa. Selain itu, ia tidak segan turun langsung ke desa-desa, pasar, dan kampung-kampung untuk menyapa warga.
Ciri khas Bung Karno adalah blusukan, jauh sebelum istilah itu populer. Ia percaya bahwa pemimpin harus tahu apa yang dialami rakyatnya, bukan sekadar menerima laporan dari atas meja.
________________________________________
Kritik dan Kontroversi
Meski dikenal sebagai tokoh besar, Bung Karno tidak luput dari kritik. Beberapa kebijakannya, seperti Demokrasi Terpimpin dan pembubaran partai politik, menimbulkan pro dan kontra. Namun, sebagian sejarawan berpendapat bahwa langkah tersebut diambil untuk menjaga stabilitas negara yang masih muda dan rentan konflik.
Terlepas dari kontroversinya, kesetiaan Bung Karno kepada rakyat kecil tidak pernah diragukan. Ia rela dipenjara, diasingkan, dan dikucilkan demi mempertahankan prinsip-prinsip perjuangan.
________________________________________
Warisan Pemikiran Bung Karno
Hingga hari ini, gagasan Bung Karno masih menjadi inspirasi. Banyak pemimpin Indonesia yang mengutip semangatnya dalam menyuarakan kedaulatan bangsa dan keadilan sosial. Bahkan, beberapa program nasional seperti Trisakti, Revolusi Mental, dan Gotong Royong berakar dari pemikiran Bung Karno.
________________________________________
Bung Karno bukan hanya proklamator kemerdekaan, tetapi juga simbol suara rakyat. Julukan “penyambung lidah rakyat Indonesia” menggambarkan dengan tepat posisinya dalam sejarah: seorang pemimpin yang tidak hanya memimpin dari depan, tapi juga berbicara dengan lidah rakyat, untuk rakyat.
Warisan terbesarnya bukan hanya kemerdekaan, tetapi semangat untuk terus menyuarakan keadilan, kesetaraan, dan kedaulatan dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
________________________________________
Sumber Referensi
1. Cindy Adams – Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Gunung Agung, 1965
2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI – Profil Tokoh Nasional Soekarno
3. Kompas.com – “Soekarno, Sang Orator dan Proklamator”
4. Tempo.co – Arsip Pidato Bung Karno dan Dokumentasi Konferensi Asia Afrika
5. Perpusnas.go.id – Koleksi Pidato dan Naskah Proklamasi
Posting Komentar untuk "Bung Karno: Menjadi Penyambung Lidah Rakyat Indonesia"