Mustafa Kemal Atatürk adalah tokoh yang sangat kontroversial dalam sejarah dunia Islam dan Turki. Ia dikenal sebagai pendiri dan presiden pertama Republik Turki, serta tokoh reformis yang mengubah wajah Kesultanan Utsmaniyah menjadi negara sekuler modern. Di satu sisi, ia dipuja sebagai pembaru dan pemimpin nasionalis; di sisi lain, ia dikritik oleh sebagian kalangan karena kebijakannya yang sekuler dan dianggap menjauhkan rakyat Turki dari nilai-nilai Islam.
Latar Belakang dan Pendidikan
Mustafa Kemal lahir pada tahun 1881 di kota Salonika (sekarang Thessaloniki, Yunani), yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Utsmaniyah. Ayahnya, Ali Rıza Efendi, adalah seorang pegawai bea cukai dan pedagang kayu, sedangkan ibunya, Zübeyde Hanım, adalah seorang wanita yang taat beragama.
Sejak kecil, Mustafa menunjukkan kecerdasan dan semangat belajar yang tinggi. Ia menempuh pendidikan militer dan lulus dari Akademi Militer di Istanbul pada tahun 1905. Dari sinilah, karier militernya mulai menanjak, dan ia dikenal sebagai perwira yang disiplin dan strategis.
Peran dalam Perang Dunia I
Mustafa Kemal mulai dikenal secara luas dalam Perang Dunia I, khususnya dalam Pertempuran Gallipoli (1915). Ia memimpin pasukan Turki mempertahankan Semenanjung Gallipoli dari serangan Sekutu. Keberhasilannya ini membuatnya mendapat gelar sebagai pahlawan nasional.
Setelah kekalahan Utsmaniyah dalam Perang Dunia I dan ditandatanganinya Perjanjian Sèvres yang dianggap merugikan Turki, Mustafa Kemal memimpin perlawanan terhadap pendudukan asing melalui gerakan nasionalis.
Pendiri Republik Turki
Pada tahun 1923, setelah memenangkan Perang Kemerdekaan Turki, Mustafa Kemal secara resmi mendirikan Republik Turki, menggantikan sistem kesultanan yang telah berusia ratusan tahun. Ia pun dilantik sebagai presiden pertama Turki dan mulai menerapkan berbagai reformasi radikal.
Reformasi-Politik dan Sosial
Mustafa Kemal meluncurkan serangkaian kebijakan modernisasi dan sekularisasi, di antaranya:
-
Menghapus sistem Kesultanan dan Kekhalifahan (1924).
-
Mengganti alfabet Arab dengan alfabet Latin untuk bahasa Turki (1928).
-
Melarang penggunaan pakaian keagamaan di ruang publik, termasuk fez yang dianggap simbol lama.
-
Memberlakukan hukum sipil yang menggantikan hukum syariah, mengadopsi sistem hukum Eropa.
-
Memberikan hak suara kepada perempuan pada awal 1930-an, salah satu yang pertama di dunia Islam.
Kontroversi dan Kritik
Banyak kalangan Muslim, terutama dari luar Turki, mengkritik langkah-langkah Mustafa Kemal yang dianggap terlalu radikal dan mengikis identitas Islam Turki. Penghapusan khilafah dan penutupan lembaga-lembaga keagamaan menuai polemik besar.
Namun, bagi pendukungnya, Atatürk adalah simbol kemajuan, rasionalisme, dan kemerdekaan dari dominasi asing dan dogma tradisional.
Kematian dan Warisan
Mustafa Kemal Atatürk wafat pada 10 November 1938 di Istanbul akibat penyakit sirosis hati. Ia dimakamkan di Anıtkabir, Ankara, yang kini menjadi tempat ziarah nasional.
Warisannya tetap terasa hingga hari ini. Sebagian masyarakat Turki masih menghormatinya sebagai Bapak Bangsa. Namanya dijadikan nama kota, bandara, hingga universitas. Namun, diskusi tentang peran dan warisannya tetap menjadi perdebatan hangat, terutama antara kubu sekuler dan Islamis di Turki modern.
Sumber Referensi:
-
Mango, Andrew. Atatürk: The Biography of the Founder of Modern Turkey. Overlook Press, 2000.
-
Zürcher, Erik J. Turkey: A Modern History. I.B. Tauris, 2004.
-
Britannica.com – “Mustafa Kemal Atatürk”
-
Oxford Islamic Studies Online – “Kemalism”
-
Badan Arsip Nasional Turki dan Museum Anıtkabir
Posting Komentar untuk "Kisah Mustafa Kemal Atatürk: Arsitek Republik Turki"